KEANEKARAGAMAN HAYATI
Deskripsi Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman
hayati adalah Seluruh keanekaan bentuk kehidupan di bumi, beserta interaksi
diantara mereka dan antara mereka dengan lingkungannya. Keanekaragaman hayati
atau keragaman hayati merujuk pada keberagaman bentuk-bentuk kehidupan: tanaman
yang berbeda-beda, hewan dan mikroorganisme, gen-gen yang terkandung di
dalamnya, dan ekosistem yang mereka bentuk. Kekayaan hidup adalah hasil dari
sejarah ratusan juta tahun berevolusi.
Indonesia
sebagai negara kepulauan yang terletak di antara dua benua (Asia dan Australia)
serta dua samudera (Pasifik dan Hindia), dikaruniai keanekaragaman hayati yang
amat kaya dan khas.
Keanekaan
sistem pengetahuan dan kebudayaan masyarakat juga terkait erat dengan
keanekaragaman hayati. Sehingga keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk
kehidupan di muka bumi, mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri
hingga makhluk yang mampu berpikir seperti manusia, mulai dari satu tegakan
pohon di pekarangan rumah hingga ribuan tegakan pohon yang membentuk suatu
sistem jejaring kehidupan yang rumit.
Proses
evolusi memiliki arti bahwa kolam keragaman hidup bersifat dinamis: akan
meningkat ketika varian genetik baru dihasilkan, spesies atau ekosistem baru
terbentuk; akan menurun ketika varian genetik dalam salah satu spesies
berkurang, salah satu spesies punah atau sebuah ekosistem yang kompleks
menghilang. Konsep ini meliputi hubungan antar makhluk hidup dan proses-prosesnya.
Peringkat
negara dengan keanekaragaman dan endemisme tertinggi di dunia
Negara
|
Nilai
Keanekaragaman
|
Nilai
Endemisme
|
Nilai
Total
|
Brazil
|
30
|
18
|
48
|
Indonesia
|
18
|
22
|
40
|
Kolombia
|
26
|
10
|
36
|
Australia
|
5
|
16
|
21
|
Mexico
|
8
|
7
|
15
|
Madagaskar
|
2
|
12
|
14
|
Peru
|
9
|
3
|
12
|
Cina
|
7
|
2
|
9
|
Filipina
|
0
|
8
|
8
|
India
|
4
|
4
|
8
|
Ekuador
|
5
|
0
|
5
|
Venezuela
|
3
|
0
|
3
|
Tingkatan Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman
hayati biasanya dipertimbangkan pada tiga tingkatan: keragaman genetik,
keragaman spesies dan keragaman ekosistem.
- Keragaman
genetik merujuk kepada perbedaan informasi genetik yang terkandung dalam
setiap individu tanaman, hewan dan mikroorganisme. Keragaman genetik
terdapat di dalam dan antara satu populasi spesies maupun spesies yang
berbeda.
- Keragaman
spesies merujuk pada berbedanya spesies-spesies yang hidup.
- Keragaman
ekosistem berkaitan dengan perbedaan dari habitat, komunitas biotik, dan
proses ekologi, termasuk juga tingginya keragaman yang terdapat pada
ekosistem dengan perbedaan habitat dan berbagai jenis proses ekologi.
KERAGAMAN GENETIK
Keragaman
genetik mengacu pada variasi gen di dalam spesies. Ini meliputi variasi
genetik antara populasi yang berbeda dari spesies yang sama, seperti 4 jenis
rosella pipi putih, Platycercus eximius. Hal tersebut juga meliputi
variasi genetik dalam populasi yang sama, dimana tampak relatif tinggi pada
eukaliptus yang tersebar luas seperti Eucalyptus cloeziana, E. delegatensis,
dan E. saligna.(2) Keragaman genetik dapat diukur dengan menggunakan
variasi berdasarkan DNA dan tehnik lainnya.(3)
Variasi genetik baru terbentuk dalam populasi suatu organisme yang dapat bereproduksi secara seksual melalui kombinasi ulang dan pada individu melalui mutasi gen serta kromosom. Kumpulan variasi genetik yang berada pada populasi yang bereproduksi terbentuk melalui seleksi. Seleksi tersebut mengarah kepada salah satu gen tertentu yang disukai dan menyebabkan perubahan frekuensi gen-gen pada kumpulan tersebut.
Perbedaan yang besar dalam jumlah dan penyebaran dari variasi genetik ini dapat terjadi sebagian karena banyaknya keragaman dan kerumitan dari habitat-habitat yang ada, serta berbedanya langkah-langkah yang dilakukan tiap organisme untuk dapat hidup.
Jumlah yang diperkirakan adalah terdapat kurang lebih 10,000,000,000 gen berbeda yang tersebar pada biota-biota di dunia, walaupun tidak semuanya memberikan kontribusi yang sama pada keragaman genetik.(4) Secara khusus, gen-gen yang mengontrol dasar proses biokimia dipertahankan secara kuat oleh berbagai kelompok spesies (atau taksa) dan umumnya memperlihatkan perbedaan yang kecil. Gen lain yang lebih terspesialisasi meperlihatkan tingkat variasi yang lebih besar.
KERAGAMAN SPESIES
Keragaman
spesies mengacu kepada spesies yang berbeda-beda. Aspek-aspek keragaman
spesies dapat diukur melalui beberapa cara. Sebagian besar cara tersebut
dapat dimasukkan ke dalam tiga kelompok pengukuran: kekayaan spesies,
kelimpahan spesies dan keragaman taksonomi atau filogenetik.(5)
Pengukuran kekayaan spesies menghitung jumlah spesies pada suatu area tertentu. Pengukuran kelimpahan spesies mengambil contoh jumlah relatif dari spesies yang ada. Contoh yang biasanya diperoleh sebagian besar terdiri dari spesies yang umum, beberapa spesies yang tidak terlalu sering dijumpai dan sedikit spesies yang jarang sekali ditemui. Pengukuran keragaman spesies yang menyederhanakan informasi dari kekayaan dan kelimpahan relatif spesies ke dalam satu nilai indeks merupakan yang paling sering didunakan.(5), (6). Pendekatan lainnya adalah dengan mengukur keragaman taksonomi atau filogenetik, yang mempertimbangkan hubungan genetik antara kelompok-kelompok spesies. Pengukuran yang didasarkan pada analisa yang menghasilkan klasifikasi secara hirarkis ini pada umumnya ditampilkan dalam bentuk ‘pohon’ yang mengesampingkan pola percabangan agar dapat mewakili secara keseluruhan evolusi filogenetik dari taksa terkait.
Pengukuran keragamamn taksonomi yang berbeda-beda berhubungan dengan bermacam-macamnya karakteristik taksa dan hubungan yang ada.(7), (8). Tingkat spesies pada umumnya dinilai sebagai yang paling sesuai untuk memperkirakan keragaman antara organisme. Hal ini disebabkan karena spesies merupakan fokus utama dari mekanisme evolusi sehingga terjabarkan dengan baik. Pada tingkat global, diperkirakan 1.7 juta spesies telah dijelaskan; saat ini diperkirakan jumlah total spesies yang ada berkisar antara lima juta hingga hampir mencapai 100 juta spesies.(9) Di Australia, dengan perkiraan jumlah total spesies lokal (kecuali bakteri dan virus) 475,000, kira-kira setengahnya telah diketahui, hanya seperempatnya telah dijelaskan secara formal.(10) Estimasi jumlah spesies ini diharapkan dapat meningkat melalui studi terhadap beberapa kelompok yang jarang diperhatikan; seperti mikroorganisme, fungi, nematoda, hama dan serangga.
Pada skala yang lebih besar keragaman spesies tidak tersebar secara merata di seluruh dunia. Satu pola yang paling jelas dalam penyebaran spesies di dunia adalah sebagian besar kekayaan spesies terpusat pada wilayah katulistiwa dan cenderung menurun ke arah kutub. Secara umum, terdapat lebih banyak spesies per unit area di wilayah tropis dibandingkan dengan wilayah sub-tropis dan lebih banyak spesies di wilayah sub-tropis dibandingkan wilayah di daerah kutub. Sebagai tambahan, keragaman di ekosistem darat pada umumnya berkurang sengan bertambahnya ketinggian. Faktor lain yang dipercaya mempengaruhi keragaman di darat adalah curah hujan dan tingkat nutrien. Pada ekosistem laut, kekayaan spesies cenderung terpusat pada lempeng benua, walaupun komunitas laut dalam juga cukup tinggi.
KERAGAMAN EKOSISTEM
Keragaman
ekosistem memetakan perbedaan yang cukup besar antara tipe ekosistem, keragaman
habitat dan proses ekologi yang terjadi pada tiap-tiap ekosistem. Lebih
sulit untuk menjelaskan keragaman ekosistem dibandingkan dengan keragaman
spesies atau genetik dikarenakan oleh ‘batasan’ dari komunitas (hubungan antar
spesies) dan karena ekosistem lebih mudah berubah. Karena konsep
ekosistem adalah dinamis dan beragam, hal ini dapat diterapkan pada berbagai
skala, walaupun untuk kepentingan pengelolaan pada umumnya dikelompokkan
menjadi kelompok besar komunitas yang serupa, seperti hutan sub-tropis atau
terumbu karang. Elemen kunci dalam mempertimbangkan ekositem adalah pada
kondisi alaminya, proses ekologi seperti aliran energi dan siklus air
dipertahankan.
Pengklasifikasian ekosistem di Bumi yang sangat beragam menjadi sistem yang dapat dikelola adalah tantangan besar bagi ilmu pengetahuan, dan sangatlah penting untuk mengelola dan menjaga biosfer ini. Pada tingkat global, sebagian besar sistem klasifikasi telah mencoba untuk mengambil jalan tengah antara kerumitan ekologi dari komunitas dan sederhananya klasifikasi habitat yang umum.
Umumnya sistem-sistem ini menggunakan kombinasi dari definisi tipe habitat berdasarkan iklim; sebagai contoh, hutan tropis yang lembab, atau padang rumput sub-tropis. Beberapa sistem juga menggunakan biogeografi global untuk memperhitungkan perbedaan-perbedaan biota antar wilayah dunia yang mungkin memiliki iklim dan karakteristik fisik serupa .
Australia dengan wilayah-wilayahnya memetakan sejumlah besar lingkungan daratan dan perairan, mulai dari daerah es kutub hingga padang rumput subtropis dan hutan tropis, dari terumbu karang hingga laut dalam. Tiap-tiap wilayahnya memperlihatkan ragam habitat dan interaksi yang besar antara maupun di dalam komponen biotik dan abiotiknya. Sebagai contoh, padang rumput spinifex di wilayah subtropis memetakan komunitas baik dengan maupun tanpa pepohonan. Pada tiap spinifex itu sendiri terdapat bermacam habitat mikro. Spesies-spesies berbeda terlibat dalam proses-proses ekologi seperti pada penyebaran biji (contoh, oleh spesies-spesies semut) dan daur ulang nutrien yang terdapat pada tiap habitat mikro.
Pengukuran dari keragaman ekosistem masih berada pada tahap awal. Akan tetapi, keragaman ekosistem merupakan elemen penting dari keseluruhan keanekaragaman hayati dan seharusnya dapat tercermin pada setiap pendugaan keanekaragaman hayati.
Potensi Keanekaragaman Hayati di
Indonesia
- Sekitar
12 % (515 spesies, 39 % endemik) dari total spesies binatang menyusui,
urutan kedua di dunia
- 7,3 %
(511 spesies, 150 endemik) dari total spesies reptilia, urutan keempat
didunia
- 17 %
(1531 spesies, 397 endemik) dari total spesies burung di dunia, urutan
kelima
- 270
spesies amfibi, 100 endemik, urutan keenam didunia
- 2827
spesies binatang tidak bertulang belakang selain ikan air tawar
- 35
spesies primata (urutan keempat, 18 % endemik)
- 121
spesies kupu-kupu (44 % endemik)
- Keanekaragaman
ikan air tawar 1400 (urutan ke 3)
Taxonomic
Group
|
Species
|
Endemic
Species
|
Percent
Endemism
|
Plants
|
10,000
|
1,500
|
15
|
Mammals
|
201
|
123
|
61.2
|
Birds
|
697
|
249
|
35.7
|
Reptiles
|
188
|
122
|
64.9
|
Amphibians
|
56
|
35
|
62.5
|
Perkiraan manfaat ekosistem pesisir
dan laut
- Nilai
kegunaan dan non kegunaan hutan mangrove di Indonesia US$ 2,3 miliar
(GEF/UNDP/IMO 1999)
- Nilai
ekonomi terumbu karang Indonesia diperkirakan sekitar US$ 567 juta
(GEF/UNDP/IMO 1999)
- Nilai
padang lamun sebesar US$ 3.858,91/ha/tahun (Bapedal dan PKSPL-IPB 1999)
- Nilai
ekologi dan ekonomi sumberdaya rumput laut di Indonesia sekitar US$ 16
juta (GEF/UNDP/IMO 1999)
- Nilai
manfaat ekonomi potensi sumberdaya ikan laut di Indonesia sebesar US$ 15,1
miliar (Dahuri 2002)
- Manfaat
sosial ekosistem pesisir dan laut diwujudkan dalam penyediaan sumber
penghidupan dan pekerjaan bagi jutaan penduduk di wil tsb
- Ekosistem
pesisir dan laut merupakan penghubung antara berbagai pulau dan gugus
pulau kecil di Indonesia (fungsi sosial politik sebagai jembatan
Nusantara)
- Nilai
jasa lingkungan :
- sebagai penyerap karbon (rumput laut) diperkirakan senilai US$ 180/ha/thn
- pelindung pantai dari erosi (mangrove)
Permasalahan Keanekaragaman Hayati
Permasalahan
utama adalah Penurunan Jumlah spesies. Awal tahun 1980, beberapa ahli di dunia
mulai mengetahui bahwa spesies mulai mengalami kepunahan secara global.
Kepunahan ini diketahui terjadi mulai dari 65 juta tahun yang lalu pada periode
Cretaceous dimana banyak spesies termasuk Dinosaurus mulai punah. Krisis yang
dihadapi saat ini merupakan hasil dari: Perubahan Klimat secara global,
Perubahan Geologi secara alami, dan Kejadian katalistik.
Krisis
saat ini merupakan akibat dari campur tangan manusia yang tidak bersahabat
dengan alam. Tahun 80 an sampai 90an, ilmuwan, media, masyarakat, pemerintah di
seluruh dunia mulai bekerja untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati di
daratan. Berbagai macam isu seperti pengrusakan hutan, pembangunan yang
berlebih, explotasi yang berlebih, polusi, rusaknya habitat, invasi oleh
spesies asing, menjadi fokus utama yang dibahas.Keanekaragaman hayati pesisir
dan laut mulai menjadi perhatian pada tahun-tahun tersebut. Karena ekosistem di
lautan memiliki lebih banyak spesies dibandingkan daratan. Diperkirakan 32
sampai 33 phyla hewan yang ditemukan di pesisir dan lautan. 15 phyla dari
jumlah tersebut ditemukan hanya di estuari atau di lautan.
KEANEKARAGAMAN HAYATI
Dosen
Pembimbing
Ellyn
Normelani M.Pd
Di
susun oleh
Nama
: laila mufidah
Nim
:A1A510281
Kelas :A
PROGRAM
SETUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOCIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar