MODEL
PEMBELAJARAN INOVATIF DI ERA GLOBAL
Model pembelajaran inovatif di era global
ditandai dengan dominasi yang amat kuat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
terutama teknologi informasi dan komunikasi yang telah berkembang amat pesat
pada dua dekade terakhir ini. Begitu banyak kemajuan yang ada dihadapan kita,
terutama yang didukung dengan teknologi. Namun semua piranti itu tidak akan
bermanfaat bila tidak dimanfaatkan dan dikomunikasikan secara baik kepada para
siswa. Dalam hal ini peran guru muncul ke permukaan, dengan posisi dan postur
yang menentukan. Adalah benar bahwa guru sebagai pemegang kunci utama dalam
upaya perbaikan pendidikan, dan karenanya dituntut untuk peka dan mempunyai
kemelekan yang memadai terhadap teknologi informasi dan komunikasi agar mampu
menciptakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efisien dan menyenangkan.
Tentu saja di belakang itu, kesejahteraan guru akan turut memberikan andil yang
berarti.
Pendidikan di Indonesia
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Selain itu, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan Pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
diatur dengan undang-undang. Sistem Pendidikan Nasional tersebut diharapkan
mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta
relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu
dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan. Prinsip-prinsip dasar inilah yang telah melahirkan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang Sisdiknas menggariskan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya agar dapat memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sistem pendidikan nasional adalah
keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis
dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Pendidikan
diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan
multimakna. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan
diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidikan
diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung
bagi segenap warga masyarakat. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan
semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan.
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Warga negara yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta
masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai
dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Setiap warga negara
bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan. Orang
tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi
tentang perkembangan pendidikan anaknya. Orang tua dari anak usia wajib
belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. Masyarakat
berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi
program pendidikan.Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya
dalam pendidikan.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah berhak
mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah pusat dan
pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya
dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia
tujuh sampai dengan lima belas tahun.
Setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama; mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; mendapatkan beasiswa
bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya;
mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya; pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan
lain yang setara; dan menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan
belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang
ditetapkan.
Setiap peserta didik berkewajiban menjaga
norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan
pendidikan; ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi
peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan
formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Pendidikan ketiga jalur tersebut diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui
tatap muka dan/atau melalui jarak jauh. Jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan
mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan
khusus. Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.
Peningkatan akses masyarakat terhadap
pendidikan yang lebih berkualitas merupakan mandat yang harus dilakukan bangsa
Indonesia sesuai dengan tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan
UUD 1945 yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial. Lebih lanjut dalam Batang Tubuh UUD 1945 diamanatkan
pentingnya pendidikan bagi seluruh warga negara seperti yang tertuang dalam
Pasal 28B Ayat (1) yaitu bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan mendapatkan
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia, dan Pasal 31 Ayat (1) yang
mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu pilar
terpenting dalam meningkatkan kualitas manusia, bahkan kinerja pendidikan yaitu
gabungan angka partisipasi kasar (APK) jenjang pendidikan dasar sampai dengan
pendidikan tinggi dan angka melek aksara digunakan sebagai variabel dalam
menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bersama-sama dengan variabel
kesehatan dan ekonomi. Oleh karena itu pembangunan pendidikan nasional harus
mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta
relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Pembangunan
pendidikan nasional yang akan dilakukan dalam kurun waktu 2004 – 2009 telah
mempertimbangkan kesepakatan-kesepakatan internasional seperti Pendidikan Untuk
Semua (Education For All), Konvensi Hak Anak (Convention on the right of child)
dan Millenium Development Goals (MDGs) serta World Summit on Sustainable Development
yang secara jelas menekankan pentingnya pendidikan sebagai salah satu cara
untuk penanggulangan kemiskinan, peningkatan keadilan dan kesetaraan gender,
pemahaman nilai-nilai budaya dan multikulturalisme, serta peningkatan keadilan
sosial.
Pada awal pemerintahan Kabinet Indonesia
Bersatu permasalahan pendidikan yang dihadapi cukup luas. Di antara
permasalahan itu adalah adanya tingkat pendidikan penduduk yang rendah,
dinamika perubahan struktur penduduk yang belum sepenuhnya teratasi dalam pembangunan
pendidikan, masih terdapat kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup lebar
antarkelompok masyarakat, fasilitas pelayanan pendidikan khususnya untuk
jenjang pendidikan menengah pertama dan yang lebih tinggi belum tersedia secara
merata, kualitas pendidikan relatif masih rendah dan belum mampu memenuhi
kebutuhan kompetensi peserta didik, cukup banyak gedung sekolah yang mengalami
rusak ringan dan rusak berat, pembangunan pendidikan belum sepenuhnya dapat
meningkatkan kemampuan kewirausahaan lulusan, pendidikan tinggi masih
menghadapi kendala dalam mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Kegiatan penelitian dan pengembangan serta
penyebarluasan hasilnya masih sangat terbatas. Disamping itu proses transfer
ilmu pengetahuan dan teknologi juga mengalami hambatan karena masih terbatasnya
buku-buku teks dan jurnal-jurnal internasional yang dapat diakses. Dengan
kualitas dan kuantitas hasil penelitian dan pengembangan yang belum memadai,
belum banyak hasil penelitian dan pengembangan yang dapat diterapkan oleh
masyarakat dan masih sedikit pula yang sudah dipatenkan dan/atau mendapat
pengesahan hak kekayaan intelektual, pendidikan non formal yang berfungsi baik
sebagai transisi dari dunia sekolah ke dunia kerja maupun sebagai bentuk pendidikan
sepanjang hayat dan diarahkan terutama untuk meningkatkan kecakapan hidup dan
pembinaan profesionalisme serta kompetensi vokasional belum dapat diakses
secara luas oleh masyarakat, manajemen pendidikan belum berjalan secara efektif
dan efisien, dan anggaran pembangunan pendidikan belum tersedia secara memadai.
Sampai saat ini satu persatu dari permasalahan tersebut telah ditangani dengan
baik. Bahkan anggaran pendidikan untuk tahun 2009 mendatang akan memenuhi
tuntutan 20% dengan tanpa dipengaruhi oleh kondisi krisis ekonomi finansial
saat ini. Permasalahan pendidikan semua itu dihadapkan pula dengan berbagai
turunan dari dampak globalisasi.
Era Global
Di berbagai kesempatan, tampaknya kita akan
selalu menyentuh signifikansi dampak dari era yang disebut era global, dengan
bentukan katanya globalisasi. Dalam pengertian harfiah, kata globalisasi
merujuk pada proses transformasi fenomena lokal atau regional menjadi fenomena
global. Hal ini dapat diperikan sebagai sebuah proses yang dengan proses itu semua
individu warga dunia tersatukan menjadi sebuah masyarakat tunggal dan berfungsi
secara bersama. Proses ini merupakan perpaduan anatara kekuatan ekonomi,
teknologi, sosiobudaya dan politik. Keseringannya, globalisasi digunakan guna
merujuk pada globalisasi ekonomi, yaitu, integrasi ekonomi nasional ke dalam
ekonomi internasional melalui perdagangan, investasi asing, aliran modal,
migrasi, dan penyebaran teknologi.
Globalisasi kultural lebih musykil lagi, karena
semula dipahami sebagai proses homogenisasi karena munculnya didorong oleh
teknologi komunikasi dan kegiatan pasar dunia dari industri budaya Barat. Kita
melihatnya terutama sebagai akibat dari dominasi global budaya Amerika yang
merasuki keanekaan budaya tradisional setempat. Globalisasi mencakupi berbagai
aspek yang mempengaruhi dunia dengan berbagai caranya seperti aspek industrial,
finansial, ekonomi, politis dan lain sebagainya.
Dari sisi industri, kita mengamati kemunculan
pasar produk dunia dan akses yang lebih luas terhadap berbagai macam produk
asing baik bagi konsumen maupun bagi perusahaan-perusahaan. Kita terutama dapat
melihat bagaimana pergerakan barang dan jasa di antara dan di dalam lingkup
batas kenegaraan. Dari sisi finansial, telah muncul pasar uang yang mendunia
dan akses yang lebih baik terhadap keuangan eksternal. Terlihat pula adanya
kemunculan pertukaran uang yang boleh dikatakan tak beraturan dan pasar
spekulatif. Secara ekonomi, telah terjadi pasar bersama secara global yang
didasarkan pada kebebasan pertukaran barang dan modal.
Secara politis, globalisasi itu bermakna
pembentukan pemerintahan atau kartel pemerintahan, seperti WTO, Bank Dunia, dan
IMF yang mengatur hubungan antar pemerintah dan menjamin hak-hak yang muncul
dari globalisasi sosial dan ekonomi. Karena kekuatan ekonominya, AS menikmati
posisi kekuasaan di antara kekuatan dunia. Dalam sepuluh tahun ke depan RRC,
bila pertumbuhan ekonominya terus maju, akan berbagai kekuasaan dengan kekuatan
dunia lainnya.
Dari sisi arus informasi, telah terjadi aliran
informasi yang dahsyat bahkan menjangkau lokasi-lokasi yang secara geografis
terpencil. Perubahan teknologi informasi yang amat melonjak disokong adanya
kemajuan dalam komunikasi optik fiber, pemanfaatan satelit, dan ketersediaan
fasilitas telepon dan internet yang telah meluas pada masyarakat. Kemudahan
komunikasi secara mengglobal ini meletakkan bahasa Inggris sebagai bahasa yang
paling banyak digunakan. Sekitar 75% surat-menyurat, teleks dan berita kabel
menggunakan bahasa Inggris. Begitu juga kira-kira 60% program radio yang ada di
dunia memakai bahasa Inggris. Pemakaian bahasa Inggris di Internet bahkan lebih
hebat lagi. Lalu lintas Internet yang menggunakan bahasa Inggris mencakup
sekitar 90%.
Semua interaksi dan kemudahan akses informasi
secara mengglobal ini telah menciptakan lahan berkompetisi yang terus meluas.
Salah satunya muncul tuntutan produktivitas yang lebih baik. Pasar dunia lebih
terbuka juga dan melahirkan lebih banyak lagi industri di dunia. Hal ini
menuntut pula tenaga kerja yang secara pengetahuan maupun teknologi lebih
menguasai dan lebih terampil. Untuk itu daya saing menjadi kata kuncinya.
Akibat lain dari globalisasi ini adalah adanya pertumbuhan yang subur di ranah
kontak lintas budaya. Kontak lintas budaya ini telah memunculkan kategori kesadaran
dan identitas baru di antara kelompok ummat manusia. Telah tumbuh keinginan
yang menggebu untuk menaikkan standar kehidupan, untuk mengadopsi teknologi
baru dan pemanfaatannya, dan untuk berpartisipasi dalam ”budaya dunia.” dalam
hal ini, telah banyak keluhan sekaitan dengan tumbuh suburnya konsumerisme dan
rusaknya pemakaian bahasa atau bahkan hilangnya bahasa tertentu.
Masih banyak lagi dampak dari globalisasi
terhadap sudut kehidupan manusia itu. Iklim global telah menuntut kerja sama
secara internasional. Sirkulasi manusia tumbuh dengan pesat, bergerak dari satu
tempat ke tempat lain, dari negara ke negara lain, dengan hambatan peraturan
yang makin sedikit. Akibatnya harus ada standar baru yang menjadikan acuan baik
untuk kepentingan perdagangan dunia maupun untuk mencegah berbagai bentuk
kejahatan yang memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
Pengetahuan dan Keterampilan
Pengetahuan dan Keterampilan
Untuk bisa bertahan hidup dan sukses dalam era
globalisasi ini diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dan
mendukung untuk hidup di era ini. Penguasaan mata pelajaran berikut menjadi
sangat penting: Bahasa Inggris dan bahasa dunia yang lain, Seni, Matematika,
Sains, Ekonomi, Geografi, Sejarah dan Kewarganegaraan. Di samping mata-mata
pelajaran di atas, pendidikan juga perlu memberikan layanan untuk peningkatan
kompetensi-kompetensi yang lebih tinggi dan merupakan lintas mata pelajaran.
Kompetensi-kompetensi tersebut mencakupi kesadaran global, kesadaran ekonomi
dan kewirausahaan, kesadaran kewarganegaraan, dan kesadaran kesehatan.
Kesadaran global itu ditunjukkan oleh kemampuan
untuk memahami dan mengangkat masalah-masalah global. Selain itu kesadaran
global akan membuat seseorang dapat belajar dari dan bekerja secara kolaboratif
dengan individu-individu yang mewakitli budaya, agama, gaya hidup yang
berbeda-beda dalam semangat untuk saling menghormati dan membuka dialog dalam
konteks pribadi, lingkungan kerja dan masyarakat. Lebih jauh lagi, kesadaran
global akan tercermin lagi oleh pemahaman bangsa dan budaya lain, termasuk di
dalamnya bangsa dan budaya yang warganya bukan penutur bahasa Inggris.
Kesadaran ekonomi dan kewirausahaan ditandai dengan pengetahuan dan
kemampuan untuk melakukan pilihan ekonomis yang tepat. Selain itu dimiliki pula
pemahaman tentang peran ekonomi dalam masyarakat. Tambahan pula, kesadaran
ekonomi dan kewirausahaan itu ditunjukkan pula dengan kemampuan memanfaatkan
keterampilan entrepreneurial untuk memperkokoh produktivitas tempat kerja dan
sekaligus untuk menambah adanya pilihan-pilihan pengembangan karier dalam
pekerjaan itu sendiri.
Kesadaran kewarganegaraan amat penting dalam
hiruk pikuk global saat ini. Kesadaran ini ditandai dengan keikutsertaan yang
efektif dari seorang warga negara dalam kehidupan bernegara. Salah satunya
ditunjukkan dengan kemampuan untuk tetap tahu tentang apa yang terjadi dalam
negaranya dan berupaya memahami proses-proses pemerintahan. Selain itu
kesadaran bernegara ditandai dengan pelaksanaan dan penggunaan hak maupun
kewajiban sebagai warga negara pada tataran lokal, daerah, nasional dan global.
Begitu juga kesadaran bernegara itu bercirikan pemahaman akan implikasi lokal
maupun global dari putusan yang dibuat dan pilihan yang diambil oleh warga
negara itu.
Dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia, selain aspek pendidikan kita
juga diharuskan mengukur aspek kesehatan. Untuk itu kesadaran akan kesehatan
hendalnya merupakan bagian utuh dalam proses pendidikan itu. Manusia yang sadar
akan kesehatan diharapkan mampu menafsirkan dan memahami informasi dan layanan
kesehatan dasar sehingga akan memperkuat kesehatan itu sendiri. Selain itu,
manusia sadar kesehatan itu memahami ukuran-ukuran kesehatan fisik maupun
mental, termasuk diet yang patut, gizi, penghindaran risiko dan pengurangan
stress. Selain itu sadar kesehatan ditunjukkan pula dengan kemampuan menetapkan
dan memantau tujuan kesehatan pribadi dan keluarga, serta memahami isu-isu
kesehatan dan keselamatan baik yang bersifat nasional maupun internasional.
Keterampilan belajar dan Berinovasi
Keterampilan belajar dan Berinovasi
Keterampilan belajar dan berinovasi telah
diakui sebagai keterampilan yang dapat membedakan siswa yang siap dan yang
tidak siap dalam menghadapi kehidupan dan lingkungan kerja yang terus bertambah
musykil. Fokus terhadap kreativitas, bepikir kritis, komunikasi dan kolaborasi
merupakan hal pokok dalam mempersiapkan siswa bagi kehidupan mendatang.
Kreativitas dan keterampilan inovasi terlihat dalam kemampuan siswa menunjukkan
orisinalitas dan temuan dalam karya, selain kemampuan mengembangkan dan
mengomunikasikan gagasan baru kepada orang lain. Juga akan terlihat pada sikap
terbuka dan tanggap terhadap perspektif baru dan beraneka, serta memanfaatkan
gagasan kreatif guna membuat kontribusi yang berguna bagi ranah yang tempat
inovasi itu terjadi.
Pembelajaran yang inovatif diharapkan mampu
membuat siswa yang mempunyai kapasitas berpikir kritis dan terampil dalam
memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini mampu memainkan penalaran yang
jernih dalam proses memahami sesuatu dan piawai dalam mengambil pilihan dan
membuat keputusan. Hal itu dimungkinkan karena pemahaman interkoneksi di antara
sistem atau subsistem yang terkait dengan persoalan yang dihadapinya. Juga
terlihat kemampuan mengidentifikasi dan menemukan pertanyaan tepat yang dapat
mengarah ke pemecahan masalah secara lebih baik. Informasi yang diperolehnya
akan dikerangkakan, dianalisis dan disintesiskan sehingga akan dapat dengan
baik menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Selain itu, pembelajaran yang inovatif
tercermin dari hasil yang diperlihatkan siswa yang komunikatif dan kolaboratif
seperti tercermin dalam kemampuannya mengartikulasikan pikiran dan gagasan
secara jelas dan efektif melalui tuturan dan tulisan. Begitu juga siswa dengan
karakteristik ini dapat menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif
dengan tim yang beraneka, untuk memainkan fleksibilitas dan kemauan berkompromi
dalam mencapai tujuan bersama.
Mengajar dengan Teknologi
Manusia abad ke-21 ini hidup dalam lingkungan
yang berlumuran dengan teknologi dan media, yang ditandai dengan berlimpah-ruahnya
informasi, perubahan alat teknologi yang amat cepat, dan kemampuan
berkolaborasi dalam skala yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Seseorang yang
hidup di abad ke-21 ini, kalau mau efektif, dituntut untuk memperlihatkan
serangkaian keterampilan fungsional dan berpikir kritis yang bertemali dengan
informasi, media dan teknologi.
Ada tiga kemelekan yang diperlukan dalam hal
ini: information literacy, media literacy, dan ICT literacy. Information
literacy atau kemelekan informasi ditandai dengan kemampuan mengakses informasi
secara efisien dan efektif, mengevaluasi informasi secara kritis dan kompeten,
dan menggunakan informasi secara akurat dan kreatif guna menangani isu atau
permasalahan yang dihadapi. Selain itu kemelekan informasi ditandai dengan
pemahaman fundamental berkenaan dengan isu etis dan legal dalam hal mengakses
dan menggunakan informasi.
Kemelekan media ditunjukkan dengan pemahaman
bagaimana media itu dibentuk, untuk maksud apa, dan menggunakan alat, ciri dan
konvensi apa. Selain itu individu yang melek media bisa mengamati bagaimana
orang menafsirkan pesan secara berbeda, bagaimana nilai-nilai dan pandangan
diliput atau disisihkan, dan bagaimana media bisa mempengaruhi keyakinan dan
perilaku. Begitu juga orang yang melek media itu akan mempunyai pemahaman
mendasar bekenaan dengan isu etis dan legal sekaitan dengan media itu sendiri.
Dengan ICT literacy atau kemelekan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), seseorang akan menggunakan teknologi digital,
alat komunikasi dan atau jejaring yang tepat untuk mengakses, mengelola,
mengintegrasikan, mengevaluasi, dan membuat informasi agar bisa berfungsi dalam
ekonomi berbasis pengetahuan. Ia juga akan mampu menggunakan teknologi sebagai
alat untuk meneliti, mengorganisasikan, mengevaluasi, dan mengomunikasikan
informasi, dan tentu saja pemahaman berkenaan dengan isu etis an legal yang
berkaitan dengan ini.
Teknologi di Ruang Kelas bukan hal yang baru.
Tape recorder, laboratorium, dan video telah muncul sejak tahun 1960-an, dan
masih digunakan sampai saat ini. Bahan-bahan pelajaran berbasis komputer telah
muncul sejak awal 1980-an. Dalam pengajaran bahasa, misalnya, ada CALL
(Computer Assisted Language Learning), yang dalam program awalnya menuntut
siswa untuk merespon terhadap stimulus pada layar komputer dan mengerjakan
perintah seperti melengkapi rongga pada teks, mencocokkan bagian-bagian kalimat
dan mengerjakan soal-soal pilihan berganda. Setelah akses kepada TIK lebih
meluas lagi, maka program belajar berbasis komputer pun melebar dengan pemakaian
Internet dan dengan berbagai program dan alat berbasis web.
Word Processor merupakan alat piranti lunak
yang paling dasar. Guru dapat menyiapkan, menciptakan, menyimpan dan berbagi
bahan untuk pengajarannya dengan program word processing ini. Guru dapat
memanfaatkan piranti lunak ini untuk mempercantik bahan ajarannya dengan
misalnya menyisipkan gambar dan link yang bisa ditindak-lanjuti oleh para
siswanya. Selain itu guru dapat membuat berbagai format untuk bahan yang
dibuatnya, dan juga memanfaatkan alat ‘document tracking’ atau ‘versioning’
yang dengan itu dokumen bisa digunakan dan dimanfaatkan bersama, dan teknik
highlighting dalam teks itu dapat dipakai untuk mengoreksi dan mencek asal mula
koreksi itu sendiri. Siswa dapat menggunakannya baik di kelas maupun di luar
kelas, untuk mempraktekan kemampuan menulis, mendeskripsikan tugas-tugas,
menyimpan berbagai bahan pelajaran, dan menyuguhkan hasil karyanya. Siswa
dengan word processing dapat melampiaskan kreativitasnya secara bebas dengan
berbagai kemudahan di dalamnya.
Menggunakan Website merupakan salah satu cara
yang boleh dikatakan termudah di kelas dalam kaitan dengan pemanfaatan
teknologi. Web atau laman merupakan sumber yang dapat dijadikan jendela yang
terbuka terhadap dunia yang lebih luas di luar kelas, dan sekaligus merupakan
tempat tersimpannya bahan autentik yang amat banyak. Guru dapat berkolaborasi
dengan guru lain dalam memanfaatkan apa yang tersedia di website itu. Setiap
orang mempunyai laman favorit masing-masing dan juga mempunyai pengalaman unik
dalam menelusuri berbagai laman yang tersedia itu. Kolaborasi dan saling tukar
informasi dalam pemakaian website itu biasasnya memperpendek waktu yang
diperlukan untuk mencari bahan yang akan dibawa ke ruang kelas. Pencarian
informasi melalui website biasanya dilakukan dengan menggunakan apa yang
disebut dengan search engines. Begitu banyak search engines yang ada di
Internet itu. Salah satu yang paling banyak digunakan adalah Google, dengan
mengakses www.google.com.
Proyek berbasis Internet dapat dilakukan dalam
kegiatan belajar mengajar karena guru dapat secara terstruktur meramu Internet
ke dalam kegiatan mengajarnya. Projek seperti ini dapat dilakukan dengan
manfaat yang banyak seperti mengembangkan kolaborasi dan mendorong interaksi di
antara para siswa itu sendiri. Projek berbasis internet dapat dimulai dengan
topik sederhana seperti pencarian aktor atau aktris terkenal saat ini, atau
topik yang lebih berat seperti masalah pemanasan global. Dengan diberi tugas
yang jelas seperti liputan biografis, faktual, pandangan atau pendapat, siswa
dapat memulai projeknya dengan menemukan sumber-sumber di Internet. Tentu saja
sebelumnya, perlu diuraikan kepada para siswa itu apa tujuan yang ingin dicapai
dengan projek itu.
Menggunakan email merupakan kegiatan yang
tampaknya paling banyak dilakukan oleh para pemanfaat TIK. Email dapat membantu
siswa dan juga guru untuk terhubung satu sama lain di seluruh dunia ini melalui
apa yang disebut dengan mailing lists dan discussion groups. Begitu juga guru
dapat berkomunikasi dengan siswanya di luar kelas dengan tidak terikat oleh
waktu. Karya-karya tulis siswa dapat dengan bebas diantarkan kepada gurunya
lewat alamat email guru itu, begitu juga umpan balik dari guru dapat diberikan
melalui alamat emai siswa itu sendiri.
Blogs, Wikis dan Podcasts merupakan contoh dari
apa yang disebut dengan piranti lunak sosial. Blog itu asal mulanya merupakan
kependekan dari web log. Oleh karenanya blog pada dasarnya merupakan halaman
web dengan bahan-bahan catatan harian dan jurnal seseorang. Dalam
perkembangannya orang menggunakan blog untuk kepentingan yang lebih luas lagi.
Wiki adalah ruang web kolaboratif, yang biasanya berisi sejumlah halaman yang
bisa disunting oleh para penggunanya secara langsung. Kata wiki sendiri berasal
dari bahasa Hawaii yang berarti cepat. Podcast merupakan file atau bongkah
informasi yang berisi bahan audio dan/atau video yang dipancarkan melalui
Internet dan bisa diunduh ke komputer atau ke alat lain seperti MP3 player
untuk didengarkan atau untuk dilihat.
Terdapat situs blog yang tanpa bayar yang
tersedia di Internet. Di antaranya adalah Blogger dengan www.blogger.com, Word
Press www.wordpress.org, EzBlog World www.ezblogworld.com, Bahraich Blogs
www.bahraichblogs.com, dan Getablog www.getablog.net/portal3.php.
Dalam penyelenggaraan pembelajaran telah muncul
e-learning yang merujuk pada pembelajaran yang terjadi dengan menggunakan
teknologi, seperti Internet, CD-ROM, dan alat-alat portabel seperti HP atau pemutar
MP3. Ada beberapa istilah dalam dunia pendidikan yang bertalian dengan
e-learning itu, seperti pembelajaran jarak jauh (distance learning),
pembelajaran terbuka (open learning), pembelajaran online (online learning),
dan pembelajaran campuran (blended learning). Dalam kaitan dengan pembelajaran
online dikenal istilah virtual learning environment yang merupakan platform
pembelajaran yang dengan melalui itu pembelajaran online dilaksanakan.
TIK dalam Pendidikan di Indonesia
Landasan Strategis pengembangan dan pemanfaatan
TIK dalam pendidikan di Indonesia sudah cukup baik. Pertama kita mempunyai
Keputusan Presiden Nomor 20 tahun 2006 tentang Dewan TIK Nasional. Selain itu,
kita mempunyai Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2008 yang di antaranya meliputi
masalah jaringan pendidikan nasional dan interneyt untuk SMA dan sederajat.
Begitu juga Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 38 tahun 2008 tentang
pengelolaan TIK di lingkungan Depdiknas. Tambahan pula Rencana Strategis
Depdiknas 2005-2009 yang antara lain meliput pengembangan dan penggunaan TIK
dalam upaya perbaikan pendidikan. Lebih ditegaskan lagi, pada dua tahun
terakhir ini, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat secara terus
menerus menekankan dan memantau perlunya upaya sungguh-sungguh dari jajaran
Depdiknas dalam mencapai sasaran minimal 1 perangkat komputer untuk setiap 20
siswa baik di tingkat SMA maupun SMP atau yang sederajat.
Dalam Renstra pendidikan nasional 2005-2009,
peran TIK diharapkan mampu menunjang pilar kebijakan pendidikan: perluasan dan
pemerataan akses pendidikan;
peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan; dan penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan. Dalam kaitan dengan akses pendidikan telah dimunculkan TV Edukasi sejak tahun 2004 yang merupakan televisi yang mengkhususkan pada siaran pendidikan, termasuk program pembelajaran. Selain itu sejak 2006, jaringan pendidikan nasional, yang lebih dikenal dengan kependekan Jardiknas, telah dikembangkan yang dapat dimanfaatkan guna keperluan komunikasi data administrasi, konten pembelajaran, serta informasi dan kebijakan pendidikan.
peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan; dan penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan. Dalam kaitan dengan akses pendidikan telah dimunculkan TV Edukasi sejak tahun 2004 yang merupakan televisi yang mengkhususkan pada siaran pendidikan, termasuk program pembelajaran. Selain itu sejak 2006, jaringan pendidikan nasional, yang lebih dikenal dengan kependekan Jardiknas, telah dikembangkan yang dapat dimanfaatkan guna keperluan komunikasi data administrasi, konten pembelajaran, serta informasi dan kebijakan pendidikan.
TV Edukasi menurut Gani (2008) telah berkembang
dengan jumlah perangkat penerima siaran TV untuk SMP dan MTs yang cukup besar:
80.275 unit Pesawat TV, 33.679 unit DVD Player, 17.412 unit TVRO (Parabola),
2.515 unit Genset (Generator), 50 unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),
dan pada saat ini didukung 70 TV Lokal/Kabel sebagai Mitra TVE. Pola Siaran TVE
meliputi informasi, tutorial dan pengayaan. Informasi mencakup berita, pola
siaran yang berisikan kebijakan, profil guru, dan lain sebagainya. Tutorial
yang berkaitan dengan pendidikan formal berisikan materi pembelajaran
berdasarkan kurikulum Program SD, SMP, SMA, SMK, PJJ S-1 PGSD konsorsium dan
Program S1 PGSD Non Konsorsium. Sedangkan pengayaan berisikan materi pengkayaan
dan materi yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi Guru.
Jaringan pendidikan nasional pada tahun 2008
ini menghubungkan 24.015 nodes, sesuai dengan Inpres No. 5/2008. Nodes sebanyak
itu tersebar pada zona kantor dan zona perguruan tinggi sebanyak 1072 nodes,
zona sekolah 15.000 nodes, dan zona perorangan/guru (KKG/MGMP) 7.943 nodes.
Jardiknas zona sekolah meliputi 15.000 sekolah: 4.336 SMA, 3.488 SMK, 2.678 MA,
3.057 SMP, 939 MTs, 343 SD, 121 MI, dan 38 SLB.
Terdapat pula upaya lain yaitu penyediaan
Internet gratis yang telah dirancang menghubungkan 17.000 SMA dan sederajat.
Dirancang adanya schoolNet kelompok SMA dan sederajat melalui Jardiknas
Depdiknas: 4.336 SMA, 3.488 SMK, dan 2.678 MA. Selain itu 6.498 sekolah pada
tingkat SMA dan yang sederajat dirancang memperoleh penyediaan Internet gratis
ini melalui inisiasi CSR DeTIKNas.
Dalam penguatan implementasi Jardiknas
dilakukan berbagai upaya seperti standarisasi berdasarkan Permendiknas nomor
38/2008 yang meliputi standarisasi pengelolaan, sistem, konten, SDM TIK, dan
keamanan. Selain itu terdapat pelatihan pengembangan TIK untuk guru yang
meliputi pengembang TIK untuk TV Edukasi, TIK berbasis online, dan TUK untuk
PJJ.
PAKEM
Pendekatan Pembelajaran yang dianggap mendukung untuk mengembangkan keterampilan yang diutarakan di atas adalah antara lain apa yang kita kenal dengan Active Learning, alias pembelajaran aktif. Pendekatan pembelajaran ini sudah dan sedang dikembangkan dan diimplementasikan di berbagai negara maju. Pembelajaran aktif adalah istilah umum yang menggambarkan suatu pendekatan pembelajaran yang secara luas diterima di seluruh dunia sebagai praktik terbaik (best practice). Pendekatan ini didasarkan pada prinsip bahwa cara belajar terbaik bagi anak-anak adalah dengan melakukan, dengan menggunakan semua inderanya, dan dengan mengeksplorasi lingkungannya yang terdiri atas orang, hal, tempat dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari anak (pembelajaran kontekstual). Dan, bahwa mereka belajar dari pengalaman langsung dan konkrit (menulis surat, menanam bunga, mengukur benda) serta berbagai bentuk pengalaman lainnya (seperti, membaca buku, melihat gambar, atau mendengarkan radio). Keterlibatan aktif dengan benda dan gagasan ini mendorong anak untuk aktif berpikir untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memadukannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki.
Di Indonesia, istilah PAKEM (singkatan dari
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) sudah lazim digunakan
untuk menggambarkan pendekatan serupa dalam pembelajaran. Untuk memfasilitasi
pembelajaran aktif, guru harus menggunakan berbagai strategi yang aktif dan
kontekstual, melibatkan pembelajaran bersama (cooperative learning) dan
mengakomodasi perbedaan jender dan gaya belajar masing-masing anak. Semuanya
dilakukan guna memaksimalkan kemampuan pembelajar untuk memahami dan dapat
menggunakan informasi baru yang diajarkan. Pembelajaran aktif juga dapat
mengangkat tingkat pembelajaran dari keterampilan berpikir tingkat rendah
(pengamatan, menghafal, dan mengingat informasi, pengetahuan akan gagasan
umum–yakni tentang apa, di mana dan kapan) hingga keterampilan berpikir tingkat
yang lebih tinggi (memecahkan masalah, analisis, sintesis, evaluasi–yakni
tentang bagaimana dan mengapa).
Pembelajaran aktif merujuk pada teknik yang di
dalamnya siswa berbuat lebih dari sekedar mendengarkan. Siswa berbuat sesuatu
seperti menemukan, memproses dan menerapkan informasi. Pembelajaran aktif itu
didasarkan atas dua asumsi: pertama, bahwa belajar itu secara alami merupakan
upaya aktif, dan kedua, bahwa setiap siswa itu belajar dengan caranya sendiri
berbeda dari siswa lainnya.
Dalam menggunakan pendekatan pembelajaran aktif
itu guru bisa menghadapi beberapa kesulitan baik bagi guru maupun siswa yang
memang tidak terbiasa dengan bentuk pengajaran seperti itu. Berikut ini adalah
beberapa teknik yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar yang
aktif.
Think-pair-share
merupakan kegiatan sederhana di kelas. Berikan waktu kepada siswa untuk
memikirkan tentang sebuah topik, berdiskusi dengan teman sebelahnya, dan
berbagai hasilnya dengan teman lain di kelasnya.
Minute Papers
memberikan peluang kepasa siswa untuk mensintesiskan pengetahuannya dan
menjawab pertanyaan seperti apa hal yang paling penting yang telah dipelajari
hari ini? Apa pertanyaan yang masih belum terjawab? Dan pertanyaan lainnya yang
menyangkut kegiatan belajar mengajar yang telah dilaluinya.
Writing activities merupakan peluang bagi siswa untuk berpikir dan memproses informasi
yang dimilikinya. Misalnya sebagai tambahan ke kegiatan Minutes Papers di atas,
guru dapat memberikan sebuah pertanyaan yang dari situ siswa diberi waktu untuk
secara bebas menuliskan jawabannya. Tentu saja guru juga bisa memberikan topik
untuk menjadi bahan yang akan ditulis oleh siswanya.
Brainstorming
merupakan teknik sederhana lainnya yang dapat melibatkan semua siswa di dalam
kelas untuk berdiskusi. Dengan mengetengahkan sebuah topik, guru dapat meminta
masukan dari siswanya dan mencatat masukan-masukan itu pada papan tulis.
Games merupakan teknik yang biasanya menarik banyak siswa. Bisa termasuk didalamnya matching, mysteries, group competitions, solving puzzles, dan lain sebagainya.
Debates yang ditampilkan di kelas bisa menjadi alat yang efektif dalam mendorong siswa untuk berpikir tentang sesuatu dari arah yang berbeda-beda.
Games merupakan teknik yang biasanya menarik banyak siswa. Bisa termasuk didalamnya matching, mysteries, group competitions, solving puzzles, dan lain sebagainya.
Debates yang ditampilkan di kelas bisa menjadi alat yang efektif dalam mendorong siswa untuk berpikir tentang sesuatu dari arah yang berbeda-beda.
Group work dapat
menjadi peluang bagi setiap siswa untuk berbicara, berbagi pandangan, dan
mengembangkan keterampilan untuk berkolaborasi dengan orang lain.
Case studies
biasanya menggunakan ceritera nyata dari kehidupan sehari-hari yang terjadi
pada masyarakat di lingkungan siswa itu sendiri, dalam keluarga, dalam sekolah,
atau atau yang terjadi pada seseorang di antara siswa itu. Hal ini akan
memberikan wawasan tentang situasi nyata, langkah yang sebaiknya diambil, dan
akibat-akibat yang mungkin terjadi.
Concept mapping
membantu siswa untuk bisa menciptakan representasi visual dari model, gagasan,
dan hubungan antara konsep. Mereka menggambarkannya dengan menggunakan
lingkaran dan garis penghubung, dengan frase yang dapat menghubungkan pada
garis-garis tersebut. Kegiatan ini dapat dilakukan secara individual maupun
kelompok.
Model pembelajaran inovatif di era global
ditandai dengan dominasi yang amat kuat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
terutama teknologi informasi dan komunikasi yang telah berkembang amat pesat
pada dua dekade terakhir ini. Begitu banyak kemajuan yang ada dihadapan kita,
terutama yang didukung dengan teknologi. Namun semua piranti itu tidak akan
bermanfaat bila tidak dimanfaatkan dan dikomunikasikan secara baik kepada para
siswa. Dalam hal ini peran guru muncul ke permukaan, dengan posisi dan postur
yang menentukan. Adalah benar bahwa guru sebagai pemegang kunci utama dalam
upaya perbaikan pendidikan, dan karenanya dituntut untuk peka dan mempunyai
kemelekan yang memadai terhadap teknologi informasi dan komunikasi agar mampu
menciptakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efisien dan menyenangkan.
Tentu saja di belakang itu, kesejahteraan guru akan turut memberikan andil yang
berarti.
MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DI ERA GLOBAL
Tugas Profesi Kependidikan
Dosen Pengasuh : Elly Normelani, M.Pd

Disusun
Oleh :
LAILA MUFIDAH
A1A510281
KELAS A
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar